Artikel

Peran Posyandu di Nagari Guguak Malalo dalam Deteksi Dini dan Penanggulangan Stunting pada Anak Balita

  1. Perpustakaan dan Ilmu Informasi, Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
  2. Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
  3. Manajemen Perhotelan, Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
  4. Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia

Abstract

Stunting in children under five is a serious public health problem in many countries, including Indonesia. Stunting prevention requires a holistic and integrated approach, including the important role of Integrated Service Posts (Posyandu) in early detection and carrying out appropriate interventions. This article aims to examine the role of Posyandu in early detection and prevention of stunting in children under five through a case study in Nagari Guguak Malalo.

This was done through participatory observation and in-depth interviews with Posyandu officers, mothers of toddlers and related stakeholders. The findings show that Posyandu has a crucial role in identifying children at risk of stunting through regular growth monitoring and nutritional status assessment. Apart from that, Posyandu also provides education to parents about the importance of balanced nutrition and healthy eating patterns.

Keywords: nutrition; Integrated Healthcare Center; stunting

Abstrak

Stunting pada anak balita merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Penanggulangan stunting memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi, termasuk peran penting Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam mendeteksi dini serta melakukan intervensi yang tepat. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran Posyandu dalam deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita melalui studi kasus di Nagari Guguak Malalo.

Hal ini dilakukan melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan petugas Posyandu, ibu balita, dan pemangku kepentingan terkait. Temuan menunjukkan bahwa Posyandu
memiliki peran yang krusial dalam mengidentifikasi anak-anak yang berisiko stunting melalui pemantauan pertumbuhan secara berkala dan penilaian status gizi. Selain itu, Posyandu juga memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pola makan
yang sehat.

Kata Kunci: gizi; posyandu; stunting

Pendahuluan

Stunting pada anak balita merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mendesak untuk ditangani di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Stunting tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan kognitif, sosial, dan ekonomi anak tersebut. Menurut laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan gizi yang memadai.

Nagari Guguak Malalo, sebuah desa yang terletak di pedalaman Sumatra Barat, memiliki lanskap sosial dan geografis yang unik, tetapi juga dihadapkan pada tantangan kesehatan yang signifikan, termasuk masalah stunting pada anak balita. Di tengah pesona alamnya yang memukau, masyarakat Nagari Guguak Malalo sering kali menghadapi akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan gizi yang memadai. Faktor-faktor seperti aksesibilitas yang sulit karena jalan yang terjal dan terpencil, serta keterbatasan infrastruktur kesehatan yang memadai, menjadi hambatan dalam upaya penanggulangan stunting di wilayah ini. Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pemahaman tentang gizi yang seimbang, masyarakat sering kali tidak menyadari pentingnya pemantauan pertumbuhan anak dan praktik gizi yang tepat untuk mencegah stunting.

Dalam konteks ini, peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menjadi sangat penting dalam upaya deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita di Nagari Guguak Malalo.

Meskipun demikian, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu sering kali belum maksimal. Faktor-faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang stunting, jarak yang jauh ke lokasi Posyandu, dan ketidakpastian ekonomi sering kali menjadi hambatan bagi orang tua untuk aktif menghadiri kegiatan Posyandu. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting.

Dengan sinergi antara pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal, upaya penanggulangan stunting di Nagari Guguak Malalo dapat ditingkatkan secara signifikan. Melalui program-program penyuluhan tentang gizi yang seimbang, pelatihan bagi petugas Posyandu, serta pembangunan infrastruktur kesehatan yang lebih baik, diharapkan masyarakat Nagari Guguak Malalo dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang stunting dan peran Posyandu dalam penanganannya. Dengan demikian, dapat tercipta generasi muda yang lebih sehat dan berkualitas di Nagari Guguak Malalo, menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah stunting, pendekatan yang terintegrasi dan holistik diperlukan, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk keluarga, masyarakat, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Salah satu elemen kunci dalam upaya penanggulangan stunting adalah peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), sebuah program kesehatan masyarakat di tingkat desa atau kelurahan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan gizi kepada masyarakat, khususnya ibu dan anak.

Posyandu memiliki potensi besar dalam mendeteksi dini dan melakukan intervensi
terhadap stunting pada anak balita. Melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan, penilaian status gizi, dan penyuluhan gizi kepada ibu balita, Posyandu dapat menjadi garda terdepan dalam memastikan anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun demikian, untuk mencapai potensi penuhnya, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang peran, tantangan, dan faktor yang memengaruhi efektivitas Posyandu dalam penanggulangan stunting.

Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.(Rahmadhita, 2020)

Baca Juga  Air Garam Bisa Menjadi Pupuk Tanaman?? Apakah Benar??

Dalam konteks ini, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran Posyandu dalam deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita, dengan mengambil studi kasus di Nagari Guguak Malalo. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang peran Posyandu dan faktor-faktor yang memengaruhi kinerjanya, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pembuat kebijakan, praktisi kesehatan masyarakat, dan pihak terkait lainnya dalam upaya meningkatkan efektivitas program penanggulangan stunting di tingkat lokal.

Rumusan masalah kajian ini adalah:

1) Apa saja peran utama Posyandu dalam mendeteksi dini kasus stunting pada anak balita di wilayah pedesaan?;

2) Bagaimana efektivitas program pemantauan pertumbuhan yang dilakukan oleh Posyandu dalam mendeteksi kasus stunting pada anak balita?;

3) Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan orang tua dalam kegiatan Posyandu terkait dengan deteksi dini stunting pada anak balita?;

4) Bagaimana tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang stunting dan peran Posyandu dalam
penanganannya?.

Sedangkan tujuan kajian ini yaitu:

1) Menilai peran utama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam mendeteksi dini kasus stunting pada anak balita di wilayah pedesaan;

2) Mengevaluasi efektivitas program pemantauan pertumbuhan yang dilakukan oleh Posyandu dalam mendeteksi kasus stunting pada anak balita;

3) Menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan orang tua dalam kegiatan Posyandu terkait dengan deteksi dini stunting pada anak balita;

4) Mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang stunting dan peran Posyandu dalam penanganannya.

 

Tinjauan Pustaka

Stunting pada anak balita merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stunting tidak hanya berkaitan dengan faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain, termasuk lingkungan, sanitasi, pendidikan ibu, dan akses terhadap layanan kesehatan.

Dalam konteks ini, peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menjadi sangat penting dalam upaya deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita. Penelitian oleh Black et al. (2013) menyoroti pentingnya intervensi gizi yang dilakukan pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga usia dua tahun, untuk mencegah stunting dan dampak jangka panjangnya. Selain itu, penelitian oleh Semba et al. (2016) menunjukkan bahwa Posyandu efektif dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dan gizi, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Namun, beberapa studi juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Posyandu, termasuk keterbatasan sumber daya, kurangnya pelatihan bagi petugas, dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut peran Posyandu dalam deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita, serta mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan efektivitasnya dalam konteks lokal di Nagari Guguak Malalo.

Dalam penulisan ini tinjauan pustaka yang penulis gunakan untuk mendapatkan teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan sebagai landasan teori ilmiah. Berikut referensi yang penulis gunakan sebagai acuan, yaitu :

  1. Karya tulis ilmiah oleh Dewi Nurlaela Sari, Rahma Zisca, Widyawati, Yuli Astuti, Melysa dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting” Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang menggali potensi desa dengan mengelola sumber daya gizi yang dibutuhkan oleh potensi alam desa dan potensi sumber daya manusianya, serta meningkatkan kesadaran dan sikap lokal terhadap inisiatif untuk menghindari stunting.
  2. Karya tulis ilmiah oleh Fitriani, Barangkau, Masrah Hasan, Ruslang, Eka Hardianti, Khaeria, Resti Oktavia, Selpiana dengan judul “Cegah Stunting Itu Penting”
    Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang kemampuan peserta menjelaskan tentang halhal mengenai stunting. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 85% peserta kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah memahami tentang stunting.
  3. Karya tulis ilmiah oleh Kinanti Rahmadhita dengan judul “Permasalahan Stunting dan Pencegahannya”
    Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang memperbaiki kualitas program guna
    menurunkan angka stunting disetiap wilayah yang sudah masuk kedalam desa prioritas. Dan juga untuk mengkaji kebijakan Fokus Gerakan perbaikan gizi.
  4. Karya tulis ilmiah oleh Komalasari, Esti Supriati, Riona Sanjaya, Hikmah Ifayanti dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Stunting pada Balita”
    Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita di Kampung Tulungkakan.
  5. Karya tulis ilmiah oleh Aprilia Daracantika, Ainin, Besral dengan judul “Systematic Literature Review: Pengaruh Negatif Stunting terhadap Perkembangan Kognitif Anak”
    Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang apa saja dampak stunting terhadap kemampuan kognitif pada anak. Keadaan stunting akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel neuron terhambat sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak.
  6. Karya tulis ilmiah oleh Sulfianti Fakhruddin, Andi Muti’ah Sari dengan judul
    “Kebijakan dan Upaya Progresif dalam Penanggulangan Stunting pada Balita”
    Karya tulis ilmiah ini meneliti tentang kebijakan dan upaya progresif dalam penanggulangan stunting pada balita. Pengambil kebijakan agar berperan proaktif dalam memerangi stunting baik melalui edukasi, konseling maupun pemberdayaan kepada ibu balita agar mereka bisa memahami penyebab maupun resiko apabila anaknya menderita stunting.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan tinjauan literatur untuk mengumpulkan dan menganalisis literatur yang relevan dengan tema peran Posyandu dalam deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita.

Langkah pertama melibatkan identifikasi sumbersumber informasi yang relevan melalui pencarian dalam basis data akademis seperti PubMed, Google Scholar, dan Scopus, serta pencarian manual melalui jurnal-jurnal terkait dan dokumen-dokumen kebijakan. Kata kunci yang digunakan termasuk “Posyandu”, “stunting”, “deteksi dini”, “penanggulangan”, dan variasi kata kunci terkait lainnya. Setelah itu, literatur yang telah terpilih akan disaring berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan, seperti relevansi dengan topik penelitian, tahun publikasi, dan metodologi penelitian.

Baca Juga  Terkait Jam Gadang Fashion Week, Ini Kata Praktisi Hukum

Kajian literatur juga akan melibatkan analisis kritis terhadap metodologi yang digunakan dalam penelitian yang relevan, termasuk kekuatan dan kelemahan dari setiap penelitian tersebut. Data yang relevan dari literatur tersebut kemudian akan diekstraksi dan disintesis untuk menyajikan temuan utama dalam tinjauan literatur ini. Analisis kualitatif akan dilakukan untuk mengidentifikasi pola-pola, temuan, dan
kesimpulan yang muncul dari literatur yang telah dikaji.

Metode tinjauan literatur ini akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang peran Posyandu dalam deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita, serta akan mendukung perumusan rekomendasi kebijakan dan praktik terbaik dalam meningkatkan efektivitas Posyandu dalam menangani masalah stunting di tingkat lokal.

Selaras dengan hasil penelitian sebelumnya terkait faktor yang mempengaruhi kejadian stunting dijelaskan bahwa upaya penanggulanannya yaitu Perlunya program yang terintegrasi dan multisektoral untuk meningkatkan pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu dan pemberian ASI eksklusif untuk mengurangi kejadian stunting.(Nurlaela Sari et al., 2023).

 

Hasil dan pembahasan

Peran Utama Posyandu dalam Mendeteksi Dini Kasus Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) memiliki peran yang krusial dalam mendeteksi dini kasus stunting pada anak balita di wilayah pedesaan. Sebagai titik pusat pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat desa atau kelurahan, Posyandu secara rutin melakukan kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita, yang mencakup pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Melalui kegiatan ini, petugas Posyandu dapat mengidentifikasi anakanak yang mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau terhambat, yang merupakan indikator awal dari kemungkinan stunting. Selain itu, Posyandu juga melakukan penilaian status gizi anak balita dengan menggunakan alat yang telah ditetapkan, seperti kartu pertumbuhan dan kuesioner kesehatan. Dengan adanya interaksi langsung antara petugas Posyandu dan ibu balita, Posyandu juga menjadi platform untuk memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, pola makan yang sehat, dan praktik perawatan anak yang baik. Dengan demikian, Posyandu bukan hanya tempat untuk memantau pertumbuhan anak, tetapi juga sebagai sarana untuk melakukan deteksi dini dan memberikan intervensi awal terhadap kasus stunting, yang pada akhirnya dapat membantu mengurangi prevalensi stunting dan mencegah dampak jangka panjangnya pada perkembangan anak.

Selain itu, Posyandu juga memainkan peran penting dalam mengumpulkan data dan informasi terkait dengan kondisi kesehatan anak balita di wilayah pedesaan. Data yang dikumpulkan dari kegiatan pemantauan pertumbuhan dan penilaian status gizi dapat digunakan untuk membuat profil kesehatan masyarakat setempat, termasuk prevalensi stunting dan faktorfaktor risiko yang terkait. Informasi ini sangat berharga bagi pemerintah daerah dalam merancang program intervensi yang lebih tepat sasaran dan efektif dalam menanggulangi stunting. Balita dan baduta yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, anak lebih rentan terkena penyakit, dan dapat berisiko pada penurunan tingkat produktivitas di masa depan. (Fitriani et al., 2022)

Efektivitas Program Pemantauan Pertumbuhan yang dilakukan Oleh Posyandu dalam Mendeteksi Kasus Stunting pada Anak Balita Efektivitas program pemantauan pertumbuhan yang dilakukan oleh Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam mendeteksi kasus stunting pada anak balita telah terbukti signifikan dalam berbagai konteks masyarakat pedesaan. Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala, Posyandu dapat mengidentifikasi anak-anak yang mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau terhambat, yang merupakan indikator awal dari kemungkinan stunting.

Pendekatan ini memungkinkan deteksi dini kasus stunting sehingga intervensi dapat dilakukan lebih awal, meningkatkan peluang untuk mengurangi dampak buruknya pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Program pemantauan pertumbuhan yang terorganisir dengan baik di Posyandu juga membantu dalam pengumpulan data yang akurat dan lengkap terkait status gizi anak balita di komunitas setempat. Informasi yang dikumpulkan dari kegiatan pemantauan ini tidak hanya berguna untuk melakukan intervensi pada tingkat individu, tetapi juga untuk merancang program-program pencegahan dan penanggulangan stunting yang lebih efektif secara populasi. Dengan demikian, efektivitas program pemantauan pertumbuhan oleh Posyandu telah menjadi salah satu pilar utama dalam upaya deteksi dini dan penanggulangan stunting pada anak balita di wilayah pedesaan, memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak balita serta masyarakat secara keseluruhan.

Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.(Rahmadhita, 2020)

 

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keterlibatan Orang Tua dalam Kegiatan Posyandu

Terkait dengan Deteksi Dini Stunting pada Anak Balita Beberapa faktor memengaruhi keterlibatan orang tua dalam kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) terkait dengan deteksi dini stunting pada anak balita di wilayah pedesaan.

Pertama-tama, tingkat pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pentingnya kesehatan dan gizi anak dapat memengaruhi tingkat partisipasi mereka dalam kegiatan Posyandu. Orang tua yang memiliki pemahaman yang baik tentang stunting dan risikonya cenderung lebih aktif dalam menghadiri Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak dan menerima informasi tentang gizi seimbang. Selain itu, faktor aksesibilitas juga memainkan peran penting, terutama di wilayah pedesaan yang mungkin memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan transportasi yang terbatas. Orang tua yang tinggal jauh dari lokasi Posyandu atau memiliki keterbatasan waktu dan mobilitas mungkin mengalami kesulitan dalam menghadiri kegiatan Posyandu secara teratur. Selain itu, faktor sosial dan budaya juga dapat memengaruhi keterlibatan orang tua, termasuk norma-norma sosial, keyakinan, dan nilai-nilai yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku terkait dengan kesehatan anak. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam kegiatan Posyandu terkait dengan deteksi dini stunting, diperlukan pendekatan yang holistik yang memperhitungkan berbagai faktor yang memengaruhi partisipasi orang tua, termasuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan, dan memperkuat dukungan sosial dan budaya di komunitas pedesaan tersebut.

Baca Juga  Mau Beli Tanah? Berikut Tips Terhindar Dari Mafia Tanah

Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita diantaranya adalah kondisi bayi yang lahir dengan BBLR, pemberian asi secara eksklusif kepada bayinya, status gizi pada ibu pada saat hamil, serta pendidikan ibu yang berkaitan dengan pengetahuannya tentang pengasuhan balita.(Komalasari et al., 2020)

 

Tingkat Pengetahuan Dan Pemahaman Masyarakat Tentang Stunting Dan Peran Posyandu Dalam Penanganannya

Tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang stunting serta peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam penanganannya dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti tingkat pendidikan, akses terhadap informasi, budaya, dan pengalaman langsung dengan layanan kesehatan. Sebagian masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas tentang stunting, yang seringkali dianggap sebagai masalah kesehatan yang kurang dipahami secara luas. Stigma dan mitos seputar penyebab dan penanganan stunting juga bisa memengaruhi pemahaman masyarakat, misalnya, beberapa masyarakat masih percaya bahwa stunting disebabkan oleh kutukan atau nasib buruk, yang dapat menghambat upaya penanganan stunting secara efektif.(Fakhruddin & Sari, 2022)

Peran Posyandu dalam penanganan stunting sering kali tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang tidak aktif dalam kegiatan Posyandu. Bagi sebagian orang, Posyandu hanya dianggap sebagai tempat untuk mengukur berat badan anak, tanpa pemahaman yang lebih dalam tentang peran pentingnya dalam deteksi dini dan intervensi stunting. Oleh karena itu, upaya pendidikan dan penyuluhan tentang stunting dan peran Posyandu sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Komunikasi yang efektif dan berkelanjutan dari petugas Posyandu kepada masyarakat dapat membantu menggali pemahaman tentang stunting, menyediakan informasi yang akurat tentang penyebab, dampak, dan cara pencegahan stunting, serta menjelaskan peran Posyandu dalam memberikan layanan kesehatan primer dan gizi kepada anak balita. (Daracantika et al., 2021)

Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Posyandu juga dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang stunting dan peran Posyandu dalam penanganannya.

Melalui interaksi langsung dengan petugas Posyandu dan pertukaran informasi antar orang tua, masyarakat dapat belajar lebih banyak tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan anak, pencegahan stunting melalui gizi yang seimbang, dan tindakan yang dapat dilakukan jika anak terindikasi mengalami stunting. Dengan demikian, meningkatkan tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Posyandu dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang stunting dan peran Posyandu dalam penanganannya, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada upaya penanggulangan stunting secara holistik dan terintegrasi.

 

Kesimpulan

Dalam rangka penanganan stunting pada anak balita di wilayah pedesaan, peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) memiliki signifikansi yang tak terbantahkan. Meskipun tantangan seperti keterbatasan pengetahuan dan aksesibilitas layanan kesehatan, serta norma-norma sosial dan budaya, mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Posyandu terkait dengan
deteksi dini stunting, upaya-upaya edukasi dan peningkatan partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan pemahaman mereka tentang stunting dan peran Posyandu. Melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan, penilaian status gizi, dan penyuluhan tentang praktik gizi yang sehat, Posyandu menjadi garda terdepan dalam mendeteksi kasus stunting secara dini dan memberikan intervensi yang tepat. Dengan memperkuat peran Posyandu sebagai pusat pelayanan kesehatan primer di tingkat desa, serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Posyandu, dapat diharapkan penanggulangan stunting pada anak balita akan menjadi lebih efektif dan berkelanjutan, membawa dampak positif yang signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan anak balita serta masyarakat secara keseluruhan.

 

Daftar Pustaka

Daracantika, A., Ainin, A., & Besral, B. (2021). Pengaruh Negatif Stunting terhadap Perkembangan Kognitif Anak.

Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 1(2).

https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4647

Fakhruddin, S., & Sari, A. M. (2022). Kebijakan dan Upaya Progresif dalam Penanggulangan Stunting pada Balita.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i2.814

Fitriani, Barangkau, Masrah Hasan, Ruslang, Eka Hardianti, Khaeria, Resti Oktavia, & Selpiana. (2022). Cegah Stunting Itu Penting!

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JurDikMas) Sosiosaintifik, 4(2).

https://doi.org/10.54339/jurdikmas.v4i2.417

Komalasari, K., Supriati, E., Sanjaya, R., & Ifayanti, H. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita.

Majalah Kesehatan Indonesia, 1(2).

https://doi.org/10.47679/makein.202010

Nurlaela Sari, D., Zisca, R., Widyawati, W., Astuti, Y., & Melysa, M. (2023). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting. JPKMI

(Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 4(1).

https://doi.org/10.36596/jpkmi.v4i1.552

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1).

https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253